Senin, 08 Februari 2016

Anies Baswedan - Lima Tahun Gerakan Indonesia Mengajar

Gerakan Indonesia Mengajar diinspirasi proses panjang yang dibangun
selama bertahun-tahun. Proses ini adalah gabungan dari: 1) Pelajaran
dari berbagai generasi, 2) Perjalanan aktivitas pengabdian maupun
interaksi dengan berbagai masyarakat, 3) Pengetahuan modern yang dipetik
dari dunia akademik global.


Ide awal Indonesia Mengajar berasal dari Anies Baswedan. Pada dekade
1990-an, Anies adalah mahasiswa dan aktivis di Universitas Gadjah Mada
(UGM). Ia adalah Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM dan terlibat di berbagai
aktivitas kemahasiswaan. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak
dari seorang mantan rektor UGM periode 1986-1990: Prof Dr Koesnadi
Hardjasoemantri (Pak Koes). Pak Koes, seorang keturunan ningrat dari
Tasikmalaya, adalah eks Tentara Pelajar yang pasca-revolusi kemerdekaan
menjadi mahasiswa di UGM yang baru berdiri di Jogja.
 Pada tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM),
yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah,
khususnya di luar Jawa. Dalam beberapa kasus, PTM ini justru mendirikan
SMA baru dan pertama di sebuah kota kabupaten. Pak Koes adalah inisiator
sekaligus salah satu dari 8 orang yang menjadi angkatan pertama PTM
ini. Beliau berangkat ke Kupang dan bekerja di sana selama beberapa
tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia mengajak serta 3 siswa paling cerdas
untuk kuliah di UGM. Salah satunya adalah Adrianus Mooy yang di kemudian
hari menjadi Gubernur Bank Indonesia. Cerita penuh nilai dari PTM
inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia Mengajar.



Semasa mahasiswa sampai pasca kepulangan dari kuliah di Amerika
Serikat, Anies sering melakukan perjalanan, berinteraksi dan tinggal di
daerah atau lingkup budaya berbeda.



Waktu kuliah, ia tinggal di daerah lain--walau hanya beberapa
bulan--semasa Kuliah Kerja Nyata (KKN). Ia juga sering  melakukan
perjalanan riset terkait pekerjaannya sebagai peneliti dan penasehat di
sebuah lembaga di Jakarta, dan terkadang tinggal dan berinteraksi dengan
berbagai unit budaya di Indonesia maupun di luar negeri.









Pengalaman tersebut membawa Anies pada beberapa hasil perenungan:



  1. Janji Kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak diterima
    merata di penjuru Tanah Air. Sebagian sudah lunas terpenuhi janjinya dan
    sebagian lainnya belum.

  2. Tinggal dan berinteraksi akan memberikan pengalaman kepemimpinan nyata
    dan pemahaman empatik yang tinggi bagi yang melaluinya. Inilah salah
    satu rujukan tumbuhnya ide Indonesia Mengajar.


"Dengan kompetensi global beserta pemahaman akar rumput, Indonesia akan
sanggup berpijak dan mengabdi bagi kepentingan nasionalnya di tingkat
dunia, demi memenuhi semua janji kemerdekaan bagi rakyatnya"


Selepas dari UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa untuk melanjutkan
kuliah di Amerika Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di sana
membuatnya memahami bahwa anak-anak Indonesia membutuhkan kompetensi
kelas dunia untuk bersaing di lingkungan global.



Tetapi, kompetensi kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak muda Indonesia
harus punya pemahaman empatik yang mendalam seperti akar rumput
meresapi tanah tempatnya hidup.

Semua proses di atas, secara perlahan membentuk ide besar Gerakan
Indonesia Mengajar. Konstruksi dasarnya mulai terumuskan pada
pertengahan 2009. Ketika itu, Anies mendiskusikan dan menguji idenya
pada berbagai pihak. Gagasan ini kemudian siap mewujud ketika beberapa
pihak berkenan menjadi sponsor.



Kabar terbaru mengenai aktivitas Anies Baswedan di Gerakan Indonesia Mengajar dapat dilihat di sini.

Proses untuk mendesain dan mengembangkan konsep Indonesia Mengajar
dimulai pada akhir 2009, dengan membentuk tim kecil yang kemudian
berkembang hingga menjadi organisasi seperti sekarang ini.



0 komentar:

Posting Komentar